Data terbaru yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) pada bulan Juli 2023 meningkat 3,2% dibandingkan tahun lalu, sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,3%. Data ini mencerminkan bahwa tekanan inflasi secara keseluruhan sedang berangsur-angsur mereda, memberikan sedikit ruang bernapas bagi ekonomi AS.

Namun, jika kita menyelidiki substansi di balik data tersebut, situasinya tidak sepenuhnya optimis. Meskipun laju pertumbuhan CPI keseluruhan melambat, core CPI masih meningkat 4,7% secara tahunan, menunjukkan bahwa ketahanan inflasi masih ada. Dari perspektif bulanan, CPI naik 0,2%, tren inflasi memang menunjukkan perlambatan, tetapi tetap perlu diwaspadai.

Faktor utama yang mendorong inflasi bulan ini adalah kenaikan harga bensin. Namun, perlambatan kenaikan biaya perumahan telah mengimbangi sebagian tekanan inflasi, memberikan sedikit bantalan untuk tingkat harga secara keseluruhan.

Setelah laporan ini dirilis, pasar keuangan secara signifikan meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin akan menunda kenaikan suku bunga pada bulan September, dengan probabilitas ekspektasi melebihi 90%. Namun, mengingat inflasi inti masih memiliki daya lekat yang kuat dan masih ada jarak yang signifikan dengan target jangka panjang Federal Reserve sebesar 2%, arah kebijakan moneter di masa depan masih menghadapi ketidakpastian.

Pasar keuangan global sedang memperhatikan langkah selanjutnya dari Federal Reserve. Notulensi rapat bulan Juli yang akan segera diumumkan dan konferensi tahunan Jackson Hole yang akan datang, mungkin akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang niat kebijakan Federal Reserve kepada pasar.

Sementara itu, saham terkait cryptocurrency di pasar saham AS mengalami kenaikan secara umum, mencerminkan reaksi positif investor terhadap data inflasi. Namun, para pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap tren jangka pendek ini dan terus memantau arah keseluruhan ekonomi AS serta perubahan dalam lingkungan makro global.